5 Alasan Kamu Perlu Kurangi Makanan Precooked Cepat Saji

SehatBugar68 - Sibuk menjadi alasan utama mengapa orang cenderung untuk memilih makanan cepat saji. Makanan cepat saji yang akan dibahas di artikel ini mencakup produk makanan precooked, ultra-processed, atau ready-made.



Yang dimaksud dengan precooked atau ready-made adalah makanan yang sudah dimasak terlebih dahulu dan sudah diberi bumbu sehingga hanya perlu dipanaskan lagi saja. Sedangkan ultra-processed atau ultra proses adalah makanan yang terbuat dari ekstrak lemak, hydrogenated fat, pati, gula tambahan, pewarna buatan, dan pengental seperti stabilizer. Produk- produk ini umumnya ditemukan di supermarket dalam bentuk kaleng, makanan beku, minuman soda, atau biskuit.

Beberapa keuntungan dari mengonsumsi makanan cepat saji adalah hemat waktu dan mudah pengolahannya, seperti hanya tinggal direbus atau dimasukkan ke dalam microwave. Meskipun demikian, mengonsumsi makanan cepat saji sebaiknya tidak boleh terlalu sering karena ada efek sampingnya bagi tubuh.

Apa saja itu? Berikut ini penjelasannya.


1. Bikin berat badan naik



Kebiasaan pola makan yang mengutamakan kenyamanan secara tidak langsung mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan. Hadirnya produk makanan cepat saji dalam bentuk precooked beku atau mungkin dalam bentuk kaleng membuat orang tidak berpikir dua kali akan efek sampingnya bagi tubuh di jangka panjang. Obesitas adalah salah satu contohnya. SahabatQQ

Hasil studi yang dilaporkan British Journal Nutrition tahun 2015 menemukan bahwa kurang lebih 97% dari peserta survei mengonsumsi makanan ready-made setiap harinya. Komponen dari produk makanan seperti ini mengandung banyak hydrogenated oils, garam, dan penambah rasa guna meningkatkan penampilan dan mempertajam rasa makanan. Timbunan dari komponen-komponen kemudian menyebabkan berat badan menjadi berlebihan.


2. Risiko kanker



Hasil studi yang dilaporkan British Medical Journal (BMJ) di bulan Februari tahun 2018 mendapati bahwa naiknya pola makan yang melibatkan produk ultra proses (10%) berpeluang tinggi untuk memicu munculnya penyakit kanker (12%) dan kanker payudara (11%).

Mengacu kepada sumber yang sama, faktor penyebab munculnya kanker dari konsumsi produk makanan cepat saji yaitu:

Kualitas nutrisi di dalam produk tersebut kurang baik, misalnya terlalu banyak sodium, gula, dan lemak. Makanan yang kadar sodiumnya terlalu tinggi berisiko menimbulkan kanker lambung (gastric cancer).

Bahan tambahan pangan seperti titanium dioxide (TiO2) yang terdapat di produk makanan berpeluang untuk menyebabkan inflamasi di saluran pencernaan.

Zat karsinogenik seperti carcicogenic nitrosamine dapat memicu timbulnya kanker kolorektal, yaitu kanker di usus besar atau di bagian bawah usus besar.

Proses pengolahan makanan yang menggunakan suhu tinggi dapat menimbulkan racun NFC (Neoformed Contaminants) contohnya acrylamide. Contoh produk ultra proses yang diolah dengan suhu tinggi yaitu, kentang goreng, biskuit, atau kopi. 

Senyawa bisphenol A yang ditemukan di kantong kemasan produk makanan juga dapat berpengaruh terhadap munculnya kanker.


3. Nutrisi di dalam makanan dapat berkurang


SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya

Dilansir laman Laborers' Health and Safety Fund of North America, produk makanan cepat saji yang melalui proses pengolahan panjang mengakibatkan kandungan nutrisi di dalam bahan makanan tersebut berkurang. Inilah yang menjadi alasan mengapa produk makanan tersebut kemudian diberi tambahan zat gizi atau dikenal dengan istilah fortifikasi pangan.

Kemudian, seperti yang sudah disebutkan di poin sebelumnya, proses pengolahan yang menggunakan suhu tinggi secara tidak langsung menyebabkan kandungan nutrisi alami seperti vitamin C, vitamin B1, dan folic acid menjadi berkurang.


4. Dapat memicu munculnya reaksi alergi yang berat





Orang yang memiliki riwayat alergi disarankan untuk berhati-hati sebelum membeli kemasan makanan precooked atau ready-made di supermarket. Hal ini dikarenakan adanya risiko kontaminasi saat proses pengolahan makanan, serta keterangan di label kemasan yang tidak akurat.

Merangkum dari artikel berjudul 'Food-Induced Anaphylaxis: Role of Hidden Allergens and Cofactors' yang terbit di jurnal Frontiers Immunology di bulan April 2019, reaksi alergi yang berat atau anafilaksis dapat terjadi pada mereka yang mengonsumsi produk makanan ready-made dan mempunyai riwayat alergi.

Risiko terjadinya anafilaksis cukup tinggi pada produk makanan yang terbuat dari campuran produk hewan (daging dan ikan) dan produk nabati (sereal dan sayuran). Hal ini disebabkan oleh adanya pemicu alergi yang tidak terdeteksi di produk tersebut. Keterangan di label yang kurang jelas dapat memicu munculnya anafilaksis. Contoh pemicu alergi yang tersembunyi antara lain:

Mustard atau mustar yang umumnya terdapat di sup, saus, pizza, dan roti.

Buckwheat atau gandum kuda yang umumnya terdapat di mi, produk gluten-free, dan sabun.

Anisakis (cacing yang menginfeksi ikan) di kemasan produk ikan yang sudah diberi bumbu.

Mycoprotein yang sering digunakan di produk ready-made vegan.

Tungau sereal di produk tepung, seperti tepung untuk membuat pancake dan tepung jagung (cornmeal).


5. Berisiko meningkatkan tekanan darah



Dilansir Medical News Today, makanan precooked umumnya mempunyai kadar sodium atau garam yang tinggi. Kadar sodium yang tinggi menyebabkan tubuh mempertahankan ekstra cairan di tubuh, yang mana cairan ini seharusnya berfungsi untuk mengeluarkan kadar garam yang berlebihan. Akibatnya tekanan darah orang tersebut pun meningkat.

Merujuk dari sumber yang sama, selain makanan precooked, sederet makanan kaleng, seperti sup, saus, atau makanan ringan seperti kentang goreng juga mempunyai kadar sodium yang tinggi. Seseorang yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi sebaiknya menghindari jenis-jenis makanan ini. 

Kegemukan dan tekanan darah tinggi merupakan contoh efek samping yang dapat terjadi pada seseorang apabila terlalu banyak mengonsumsi makanan cepat saji, seperti makanan beku dan makanan di dalam kemasan kaleng. Tidak dipungkiri memasak makanan sendiri memang membutuhkan waktu dan usaha yang lebih. Akan tetapi, kita dapat mengontrol kualitas masakan tersebut, misalnya tidak menggunakan pewarna buatan atau dengan lebih mengurangi penggunaan garam. 


Tidak mengonsumsi produk makanan cepat saji sama sekali juga tidak mungkin. Jadi, langkah yang dapat kita ambil adalah mengonsumsi secara moderasi, dan yang terpenting adalah membiasakan untuk memasak makanan sendiri yang menggunakan produk sayur dan daging segar. Semoga bermanfaat! Agen Domino99

Posting Komentar

0 Komentar