SehatBugar68 - Alergi telur merupakan salah satu dari alergi makanan yang umum pada anak-anak. Namun, tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga mengidap alergi ini. Reaksi alergi muncul setelah seseorang mengonsumsi telur atau atau makanan yang mengandung telur.
Selain usia kanak-kanak, bayi yang masih menyusui juga bisa mengalaminya. Berikut ini informasi lengkap seputar alergi telur yang perlu kita ketahui bersama. Simak, ya!
1. Apa itu alergi telur?
Berdasarkan studi dalam jurnal Current Gastroenterology Reports tahun 2018, alergi makanan adalah respons abnormal terhadap makanan yang disebabkan antibodi imunoglobulin E (IgE). Alergi telur adalah salah satu alergi makanan yang paling umum pada masa kanak-kanak.
Ketika seseorang memiliki alergi telur, sistem kekebalan tubuh, yang biasanya melawan infeksi, bereaksi berlebihan terhadap protein dalam telur. SahabatQQ
Alergi telur memengaruhi 1-2 persen anak-anak. Sebagian besar reaksi alergi tidak parah, tetapi dapat mengancam jiwa ketika melibatkan gangguan pernapasan dan atau kardiovaskular.
2. Penyebab dan faktor risiko
Untuk semua alergi, sistem kekebalan bereaksi terhadap molekul pemicu alergi tertentu (alergen). Sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang mendeteksi alergen dan menyebabkan reaksi peradangan dan pelepasan zat kimia yang disebut histamin. Histamin menyebabkan gatal-gatal, demam, dan gejala alergi lainnya.
Molekul yang memicu reaksi alergi dapat berupa putih telur atau kuning telur, tetapi alergi terhadap putih telur lebih sering terjadi.
Molekul spesifik dalam telur yang memicu alergi mungkin ada dalam telur ayam dan telur bebek. Oleh karena itu, beberapa orang bisa alergi terhadap telur ayam dan bebek. Ini dikenal sebagai reaksi silang, mengutip Better Health Channel.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan alergi telur, yang dilansir Mayo Clinic meliputi:
Dermatitis atopik: anak dengan jenis reaksi kulit ini cenderung lebih mungkin untuk mengembangkan alergi makanan dibanding anak-anak yang tidak memiliki kondisi kulit tersebut.
Riwayat keluarga: seseorang akan lebih berisiko mengembangkan alergi telur bila salah satu atau kedua orang tua memiliki asma, alergi makanan, atau jenis alergi lainnya, seperti rinitis alergi, urtikaria, atau eksem.
Usia: alergi telur paling umum dialami anak. Seiring usia bertambah, sistem pencernaan akan menjadi matang dan reaksi alergi makanan cenderung tidak terjadi.
3. Komplikasi yang dapat terjadi
Komplikasi alergi telur yang paling signifikan adalah reaksi alergi parah yang memerlukan injeksi epinefrin dan perawatan darurat.
Reaksi sistem kekebalan yang sama yang menyebabkan alergi telur juga dapat menyebabkan kondisi lain. Jika kamu atau anak memiliki alergi telur, kamu maupun anak mungkin lebih berisiko mengalami:
Alergi terhadap makanan lain, seperti susu, kedelai, atau kacang tanah
Alergi terhadap bulu hewan peliharaan, tungau debu, atau serbuk sari rumput
Reaksi alergi kulit seperti dermatitis atopik
Asma, yang pada gilirannya meningkatkan risiko reaksi alergi parah terhadap telur atau makanan lain
4. Gejala
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
Menurut sebuah laporan dalam International Journal of Molecular Sciences tahun 2020, alergi telur terjadi ketika tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein yang ditemukan dalam putih telur dan kuning telur. Empat protein utama dalam putih telur menjadi penyebab alergi yang lebih banyak dibanding protein pada kuning telur.
Menurut keterangan dari American College of Allergy, Asthma & Immunology, gejala dari reaksi alergi telur meliputi:
Muntah
Kram perut
Gangguan pencernaan
Diare
Mengi
Napas pendek, sulit bernapas
Batuk berulang
Rasa sesak di tenggorokan, suara serak
Denyut nadi lemah
Kulit pucat atau kebiruan
Biduran
Pembengkakan, yang bisa memengaruhi lidah dan/atau bibir
Pusing
Kebingungan
Bila kamu atau anak mengalami beberapa gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, terutama ahli alergi.
Reaksi alergi yang parah dapat menyebabkan anafilaksis, kondisi darurat yang mengancam jiwa yang memerlukan suntikan epinefrin (adrenalin) segera dan perjalanan ke ruang gawat darurat. Tanda dan gejala anafilaksis meliputi:
Penyempitan saluran udara, termasuk tenggorokan yang bengkak atau benjolan di tenggorokan yang membuat pasien sulit bernapas
Sakit perut dan kram
Denyut nadi cepat
Syok, dengan penurunan tekanan darah yang parah yang dirasakan sebagai pusing, atau kehilangan kesadaran
5. Diagnosis
Telur adalah salah satu alergen makanan yang paling umum. Orang yang alergi terhadap telur ayam mungkin juga alergi terhadap jenis telur lain, seperti angsa, bebek, kalkun, atau puyuh.
Dalam waktu singkat setelah makan (atau bahkan menyentuh) telur, seseorang mungkin mengalami gejala berikut:
Reaksi kulit, seperti pembengkakan, ruam, gatal-gatal atau eksem
Mengi atau kesulitan bernapas
Hidung berair dan bersin
Mata merah atau berair
Sakit perut, mual, muntah atau diare
Anafilaksis (kurang umum)
Bila mengalami gejala-gejala tersebut, temui ahli alergi. Nantinya, diagnosis dapat ditegakkan dengan tes tusuk kulit dan/atau tes darah.
Dalam tes tusuk kulit, sejumlah kecil cairan yang mengandung protein telur ditempatkan di punggung atau lengan bawah, yang kemudian ditusuk dengan alat kecil yang steril agar cairan meresap ke dalam kulit. Jika timbul bintik kemerahan dalam waktu 15 hingga 20 menit, itu bisa mengindikasikan alergi.
Tergantung pada protein dalam cairan, tes tusuk kulit dapat menentukan apakah alergi terhadap protein putih telur atau protein kuning telur. Alergi terhadap protein putih telur adalah yang paling umum.
Dalam tes darah, sampel darah dikirim ke laboratorium untuk menguji keberadaan antibodi imunoglobulin E terhadap protein telur.
Bila hasil tes tersebut tidak pasti, ahli alergi mungkin akan menyarankan pasien untuk melakukan tantangan makanan. Dengan pengawasan medis, pasien akan makan sedikit telur untuk melihat apakah ada reaksi yang muncul. Karena ada kemungkinan reaksi bisa parah, tes ini dilakukan di tempat praktik dokter atau di klinik dengan staf terlatih, perawatan darurat, dan obat-obatan.
Diet eliminasi makanan juga dapat digunakan untuk menentukan apakah ada alergi. Jika gejala hilang saat telur dihapuskan dari pola makan dan muncul kembali saat telur dimakan lagi, kemungkinan besar itu adalah alergi telur.
6. Pencegahan reaksi alergi
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah reaksi alergi serta mencegahnya memburuk bila muncul, yaitu:
Baca kemasan produk makanan yang akan dibeli. Beberapa orang bereaksi terhadap makanan dengan sedikit kandungan telur.
Hati-hatilah saat makan di restoran. Tanyakan kepada staf atau koki bila ada kandungan protein telur dalam makanan.
Pakai gelang atau kalung alergi, yang mana ini penting bila kamu atau anak mengalami reaksi alergi parah dan tidak dapat memberi tahu pengasuh atau orang lain apa yang terjadi.
Beri tahu pengasuh anak tentang alergi telurnya. Bicaralah dengan babysitter, guru, kerabat, atau pengasuh anak tentang alergi telur. Ini penting untuk mencegah mereka secara tidak sengaja memberikan produk yang mengandung telur kepada anak. Pastikan juga mereka memahami apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat.
Bila sedang menyusui, hindari telur. Bila anak memiliki alergi telur, ia mungkin bereaksi terhadap protein yang terbawa ke dalam ASI.
Selain itu, makanan yang dilabeli "egg-free" atau "bebas telur" mungkin masih bisa mengandung protein telur. Bila ragu, kontak produsen produk.
Beberapa produk yang dapat mengandung telur dapat meliputi:
Marshmallow
Mayones
Meringue
Aneka kue
Makanan yang dilapisi tepung roti
Marzipan
Frosting
Daging olahan seperti meatloaf dan meatball
Puding dan custard
Salad dressing
Pasta
Foam pada kopi
Pretzel
Beberapa istilah yang mengindikasikan bahwa produk telur digunakan dalam pembuatan makanan olahan, antara lain:
Albumin
Globulin
Lecithin
Livetin
Lysozyme
Vitellin
Apa pun yang dimulai dengan "ova" atau "ovo", seperti ovalbumin atau ovoglobulin
Sumber paparan potensial lainnya adalah kontaminasi silang dalam hidangan atau makanan yang disiapkan di rumah, terutama saat kamu atau anak makan di rumah orang lain di mana mereka mungkin tidak menyadari risikonya.
Demikianlah informasi seputar alergi telur. Bila kamu atau anak curiga atau menunjukkan gejala yang mengarah ke alergi telur, sebaiknya periksakan ke dokter. Pemeriksaan secara menyeluruh akan membantu dokter mendiagnosisnya dan memberikan pengobatan yang tepat. Agen Domino99
0 Komentar