SehatBugar68 - Di masa sekarang, memiliki bukti sertifikat vaksin COVID-19 menjadi salah satu syarat wajib untuk bisa bepergian baik dalam rute lokal maupun internasional. Selain untuk mencegah penularan penyakit, vaksin juga dibuat untuk melindungi seseorang dari serangan virus atau bakteri ganas yang mewabah di daerah tertentu.
Nah, lewat artikel ini akan dibahas jenis-jenis vaksin yang umumnya diwajibkan atau sangat direkomendasikan sebelum seseorang melakukan perjalanan internasional. Apa sajakah itu? Yuk, simak daftarnya!
1. Vaksin tifoid
Sesuai namanya, vaksin tifoid diberikan untuk melindungi seseorang dari penyakit tifus. Mengutip laman resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), demam tifoid atau tifus umum ditemukan di kawasan Asia Tenggara, Afrika, dan kawasan Pasifik Barat seperti Jepang, Kamboja, dan Australia.
Penyakit tifus disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan penularannya lewat air dan makanan yang terkontaminasi. Gejalanya berupa demam, mual, diare, pusing, sakit perut, dan ruam di kulit.
Selain mendapatkan vaksin tifoid, pelaku perjalanan juga dianjurkan untuk menerapkan protokol sebagai berikut selama bepergian:
Hanya minum air dalam kemasan SahabatQQ
Jangan mengonsumsi susu mentah atau yang tidak dipasteurisasi
Mencuci sayur dan buah hingga bersih sebelum dimakan
Tidak makan makanan mentah
Jangan minum atau makan es batu kecuali air yang digunakan adalah air mineral atau air yang sudah dididihkan
Rajin mencuci tangan dengan sabun
2. Vaksin demam kuning
Selain vaksin hepatitis, vaksin demam kuning adalah salah satu vaksin wajib yang menjadi syarat bagi seseorang untuk melakukan perjalanan internasional. Virus yang menyebabkan demam kuning adalah flavivirus yang dibawa oleh nyamuk yang sudah terinfeksi. Kasus demam kuning banyak ditemukan di negara-negara di Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Dilansir Medical News Today, vaksin demam kuning diberikan sebanyak satu kali dan membutuhkan waktu minimal 10 hari untuk membentuk kekebalan tubuh. Melakukan perjalanan ke negara yang angka penularan demam kuningnya tinggi tidak dianjurkan sebelum imunitas tubuh terbentuk. Lebih lanjut, vaksin perlu diperbaharui 10 tahun kemudian dan bila berencana melakukan perjalanan ke negara endemik demam kuning.
Merujuk laman Health Link British Columbia, gejala demam kuning antara lain demam, menggigil, muntah, otot terasa sakit, sakit kepala, dan sakit pinggang. Demam kuning yang akut dapat menyebabkan pendarahan di hidung, mulut, dan usus. Warna kulit dan mata juga menjadi kuning karena virus ini menyerang organ hati. Hingga saat ini belum ada obat yang bisa sepenuhnya menyembuhkan demam kuning.
SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya
3. Vaksin campak
Mengacu laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), COVID-19 meningkatkan risiko kenaikan penyakit campak di seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat.
Negara dengan angka penularan yang tinggi untuk penyakit campak antara lain: Nigeria, Pakistan, Somalia, India, dan Republik Demokratik Kongo.
Vaksin MMR (measles, mumps, dan rubella) adalah vaksin yang digunakan untuk melindungi seseorang dari sakit campak, gondong, dan rubela. Vaksin MMR diberikan sebanyak dua dosis suntikan. Merujuk pada sumber yang sama, satu kali dosis vaksin MMR akan memberikan imunitas kurang lebih 93 persen, sedangkan dosis penuh sekitar 97 persen imunitas.
Mengutip Mayo Clinic, gejala penyakit campak biasanya muncul 10 hingga 14 hari setelah terpapar oleh virus. Gejala tersebut berupa demam, batuk kering, sakit tenggorokan, mata merah, bintik-bintik putih di dalam dinding rongga mulut, dan ruam pada kulit.
4. Vaksin rabies
Termasuk salah satu penyakit tropis yang terabaikan, WHO menyebutkan bahwa rabies ditemukan hampir di seluruh benua kecuali di Antartika, dan proporsi paling tinggi ada di benua Asia dan Afrika.
Penyebaran rabies adalah lewat gigitan, luka cakar, atau air liur dari binatang yang terinfeksi oleh virus rabies. Selain anjing, virus ini juga dapat dibawa oleh hewan lain seperti kelelawar, rubah, atau rakun.
Dilansir MedicineNet, gejala awal rabies berupa demam, sakit kepala, badan terasa lemas, dan mengalami halusinasi. Gejala dapat muncul satu minggu setelah terekspos oleh virus.
Sekadar informasi, apabila seseorang digigit oleh hewan yang terinfeksi rabies, maka luka bekas gigitan atau cakaran dapat terasa panas atau sensasi seperti terbakar dan tubuh terasa kesemutan. Bila tidak segera diobati, virus dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan radang pada otak dan sumsum tulang belakang.
5. Vaksin ensefalitis Jepang
Ensefalitis Jepang atau Japanese encephalitis adalah infeksi yang menyerang otak dan disebabkan oleh flavivirus yang dibawa oleh nyamuk. Menurut keterangan dari National Health Service, virus ditemukan pada binatang babi dan burung yang kemudian nyamuk menggigit binatang tersebut, lalu menularkannya ke manusia.
Gejala ensefalitis Jepang bisa mirip flu biasa. Akan tetapi, orang yang terinfeksi ensefalitis Jepang bisa mengalami kejang, badan gemetar, dan tidak bisa berbicara. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini sepenuhnya. Pengobatan yang diberikan fokus untuk memperkuat fungsi tubuh dalam melawan infeksi.
Vaksin ensefalitis Jepang disarankan untuk orang-orang yang akan mengunjungi daerah pedalaman dan melakukan aktivitas pendakian. Selain mendapatkan vaksin, saat bepergian dianjurkan untuk mengenakan pakaian tertutup dan mengenakan obat atau salep untuk mengusir nyamuk. Kemudian pada malam hari, dianjurkan juga untuk tidur di kamar dengan jendela tertutup agar tidak ada rongga tempat nyamuk masuk, atau memasang kelambu.
Tentunya masih ada vaksin-vaksin lain yang wajib atau sangat direkomendasikan untuk didapat sebelum bepergian jauh ke wilayah tertentu. Itulah sebabnya selain rencana perjalanan, kita juga perlu memeriksa dokumen kesehatan yang berkaitan dengan negara yang akan dituju. Tujuannya tentu agar perjalanan kita aman, nyaman, dan terhindar dari ancaman penyakit. Agen Domino99
0 Komentar