5 Pertimbangan Penting sebelum Memilih Minyak Kanola untuk Memasak

SehatBugar68 - Minyak kanola atau canola oil merupakan salah satu minyak nabati yang banyak sekali digunakan dalam industri makanan. Namun, penggunaannya ternyata masih menjadi kontroversi karena risikonya terhadap kesehatan.

Di beberapa penelitian, minyak kanola disebut sebagai minyak nabati paling sehat yang dikaitkan dengan manfaatnya terhadap kesehatan jantung. Namun di sisi lain, minyak kanola dilaporkan justru dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan beberapa penyakit lainnya, seperti alzheimer.

Jadi, apakah minyak kanola harus digunakan atau dihindari? Yuk, simak beberapa fakta sehat minyak kanola berikut ini.

1. Fakta gizi minyak kanola 

Menurut data dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), dalam satu sendok makan atau setara 15 ml minyak kanola mengandung:

Kalori: 124

Lemak: 14 gram

Lemak jenuh: 7 persen dari nilai harian yang direkomendasikan

Lemak tak jenuh tunggal: 64 persen dari asupan harian yang direkomendasikan

Lemak tak jenuh ganda: 28 persen dari nilai harian yang direkomendasikan

Vitamin E: 12 persen dari referensi asupan harian

Vitamin K: 12 persen dari nilai harian yang direkomendasikan

Minyak kanola seringkali disebut sebagai minyak nabati yang sehat karena rendah asam lemak jenuh dan tinggi asam lemak tak jenuh. Ini adalah sumber yang baik untuk asam lemak tak jenuh dari jenis asam lemak omega-6 (21 persen) dan asam alfa-linolenat (ALA) yang merupakan asam lemak omega-3 (11 persen). SahabatQQ

Dilansir Verywell Health, sebagian besar asupan kita harus dari lemak tak jenuh untuk mencapai tubuh yang sehat. Meskipun konsumsi satu jenis lemak tertentu secara besar-besaran dan meninggalkan yang lainnya juga tidak direkomendasikan.

2. Minyak kanola tinggi akan asam lemak omega-6 

Asam lemak omega-6 merupakan jenis asam lemak tak jenuh ganda yang berasal dari satu keluarga dengan asam lemak omega-3. Asam lemak ini dapat memberikan manfaat kesehatan jantung jika dikonsumsi dalam jumlah yang seimbang.

Sayangnya, diet masa kini lebih banyak memasukkan asupan kaya asam lemak omega-6 dari makanan olahan daripada konsumsi asam lemak omega-3 dari makanan utuh. Di mana ketidak seimbangan ini justru dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit, seperti alzheimer, obesitas, dan penyakit jantung.

Risiko peningkatan peradangan juga bisa terjadi seperti dilaporkan dalam Journal of Nutrition in Gerontology and Geriatric (2013), Journal of Nutrients (2016), dan Journal of Food Nutrition Science (2013).

Menurut penelitian dalam Journal of Translational Psychiatry tahun 2017, rasio asupan omega-6 dan omega-3 yang paling sehat adalah 1:1. Sementara minyak kanola memiliki rasio omega-6 dan omega-3 sebanyak 2:1 yang mungkin tampak tidak proporsional. Apalagi saat ini banyak sekali makanan yang diproses menggunakan minyak kanola sehingga dianggap menjadi sumber utama omega-6 makanan.

3. Minyak kanola merupakan produk GMO (Genetically Modified Organism) 

SahabatQQ: Agen DominoQQ Agen Domino99 dan Poker Online Aman dan Terpercaya

Minyak kanola merupakan minyak nabati yang dihasilkan dari biji tanaman kanola (Brassica nopus). Dulunya, tanaman ini dikembangbiakkan secara konvensional. Namun karena tingginya permintaan dan upaya untuk meningkatkan kualitas, tanaman kanola dibudidayakan dengan rekayasa genetika.

Dilansir Healthline, sebagian besar (lebih dari 90 persen) tanaman kanola di Amerika Serikat merupakan tanaman transgenik atau telah dimodifikasi secara genetik. Ini biasa juga dikenal sebagai produk GMO (Genetically Modified Organism).

Menurut keterangan laman Medical News Today, keamanan produk GMO masih menjadi kontroversi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan transgenik aman. Namun, beberapa komunitas ilmiah mengkhawatirkan ini dapat menyebabkan potensi bahaya pada kesehatan secara tidak terduga. Sebab penelitian yang ada sejauh ini tidak bulat atau tidak menunjukkan sebuah kesimpulan yang jelas.

Tak hanya terhadap kesehatan, produk GMO juga dikhawatirkan memiliki efek negatif terhadap lingkungan, kontaminasi tanaman, hak milik, maupun keamanan pangan. Jadi, jika kamu memiliki kekhawatiran pada hal-hal tersebut, memilih produk organik atau non-GMO adalah yang terbaik.

4. Memiliki dampak negatif pada memori 

Menurut sebuah studi yang dimuat dalam Journal of Scientific Report tahun 2017 berjudul Effect of Canola Oil Consumption on Memory, Synapse and Neuropathology in The Triple Transgenic Mouse Model of Alzheimer’s Disease, dilaporkan bahwa paparan kronis minyak kanola dapat mengakibatkan kerusakan signifikan pada memori dan peningkatan berat badan yang substansial.

Pada penelitian tersebut, tikus dengan gejala penyakit alzheimer diberikan minyak kanola setiap hari selama 6 bulan. Hasilnya, terjadi penurunan memori dan kemampuan belajar mereka. Meskipun ini hanya dilakukan pada tikus, tapi bisa menjadi tanda bahaya jika berkaitan dengan konsumsinya pada manusia.

5. Meningkatkan risiko penyakit jantung  

Minyak kanola merupakan salah satu jenis lemak yang sering dipromosikan sebagai lemak yang menyehatkan jantung. Namun beberapa penelitian justru membantah klaim tersebut.

Pada sebuah studi yang dimuat dalam Journal of Nutrients tahun 2018, orang dewasa dengan kelebihan berat badan atau obesitas yang mengonsumsi minyak kanola dilaporkan lebih mungkin mengalami sindrom metabolik daripada mereka yang jarang atau tidak pernah menggunakannya.

Dilansir Healthline, sindrom metabolik merupakan sekelompok kondisi termasuk gula darah, kelebihan lemak perut, tekanan darah tinggi, serta kadar kolesterol tinggi yang terjadi bersamaan dan meningkatkan risiko penyakit jantung.

Tidak jelas apakah minyak kanola berbahaya atau bermanfaat bagi kesehatan, terutama jantung. Apalagi, banyak penelitian yang mengklaim manfaat kesehatan minyak kanola disponsori oleh industri kanola. Kebanyakan jenis minyak yang digunakan adalah yang telah dimurnikan, bukan jenis olahan untuk memasak dengan panas tinggi. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengonfirmasi hal ini. Agen Domino99

Posting Komentar

0 Komentar