Ciri Depresi Pada Remaja dan Hal yang Perlu Orangtua Lakukan

Sehatbugar68 - Banyak yang mengatakan bahwa masa remaja adalah masa yang paling indah. Namun, tahukah Anda jika di masa ini remaja justru rentan mengalami depresi? Lantas, bagaimana cara mengetahui ciri-ciri depresi pada anak remaja? Berikut ulasannya.

Mengapa remaja mengalami depresi?

Sebagai periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, masa remaja tidak jarang menjadi waktu yang sulit.

Dilihat dari sisi psikologi remaja yang belum matang, mereka cenderung memberontak pada apa yang mereka tidak sukai atau setujui.

Hal ini membuat tak jarang seorang remaja mengalami gejolak emosi.

Kehidupan sosial, seperti hubungan keluarga, pertemanan, percintaan atau persoalan akademis di sekolah tidak jarang membuat remaja merasa tertekan.

Bahkan, hal tersebut dapat menjadi sumber stres ringan –yang jika dibiarkan dapat berlangsung lama dan menyebabkan terjadinya depresi.

Dikutip dari Mayo Clinic, depresi pada remaja dapat terjadi karena berbagai penyebab, biasanya karena adanya pengaruh media sosial, kekhawatiran dengan postur tubuh yang tidak ideal, atau karena masalah akademis yang menurun.

Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab depresi pada remaja di antaranya adalah:

Faktor genetik

Perubahan hormon

Faktor biologis, depresi karena faktor biologis terjadi jika neurotransmitter yang merupakan bahan kimia otak alami terganggu

Trauma yang terjadi saat masa kanak-kanak, seperti pelecehan fisik atau emosional, kehilangan orangtua

Kebiasaan berpikir negatif

Tekanan dari lingkungan terdekat, misal menjadi korban bullying 

Pengaruh kurang tidur dengan depresi pada remaja. SahabatQQ

Dampak kurang tidur atau gangguan tidur kronis bisa meningkatkan risiko anak remaja mengalami depresi. Pasalnya, masa-masa remaja pada dasarnya adalah periode rentan bagi anak untuk mengalami isu-isu kesehatan mental jangka panjang.

Hal ini juga berkaitan dengan penggunaan gadget dan bermain media sosial di malam hari.

Menurut Heather Cleland Woods, kepala penelitian dari University of Glasgow di Skotlandia, penggunaan media sosial secara umum berdampak pada kualitas tidur.

Selain lupa waktu, kebiasaan ini juga berdampak pada peningkatan stres secara psikologis.

Lalu, diperkuat dengan sebuah penelitian dalam American Psychological Association di tahun 2011. Adanya kaitan antara remaja pengguna aktif media sosial serta sifat yang terkait dengan skizofrenia dan depresi.

Tingkat penggunaan media sosial yang lebih tinggi juga meningkatkan risiko remaja untuk menjadi korban cyber-bullying.

Keduanya berkaitan dengan peningkatan risiko gangguan kecemasan dan depresi pada anak remaja.

Depresi pada remaja laki-laki dan perempuan memengaruhi bagian otak yang berbeda

Depresi memberikan pengaruh yang berbeda pada remaja laki-laki dan perempuan. Salah satu penyebabnya adalah karena perempuan lebih rentan depresi daripada laki-laki.

Penelitian menemukan bahwa remaja perempuan usia 15 tahun lebih cenderung terkena depresi daripada pria karena faktor genetik, fluktuasi hormonal, atau karena keinginan mendapatkan bentuk tubuh yang ideal.

Perbedaan jenis kelamin bukan hanya memberikan pengaruh depresi yang berbeda, tetapi juga pada tingkatan depresi dan dampaknya.

Sebuah studi yang diterbitkan di Frontiers in Psychiatry menemukan bahwa depresi memengaruhi otak remaja laki-laki dan perempuan di bagian yang berbeda.

Hal ini ditunjukkan pada penelitian yang melibatkan 82 remaja perempuan dan 24 remaja laki-laki yang mengalami depresi.

Pembandingnya merupakan 24 remaja perempuan dan 10 remaja laki-laki kondisi normal yang secara keseluruhan berusia 11 sampai 18 tahun.

Para peneliti mencoba menggali apa yang terjadi pada otak ketika para remaja ini dipicu depresinya dengan kalimat-kalimat menyedihkan.

Kemudian respon tersebut diukur dengan menggunakan MRI. Lantas, apa yang terjadi pada otak?

Ternyata, remaja laki-laki yang depresi mengalami penurunan aktivitas pada otak kecil, sedangkan hal ini tidak terjadi pada perempuan.

Selain itu, terdapat dua bagian otak yang merespon secara berbeda pada remaja yang terkena depresi

Perbedaan aktivitas otak ini terjadi pada gyrus supramarginal dan posterior cingulate. Gyrus supramarginal adalah bagian pada otak yang terlibat dalam persepsi dan pemrosesan bahasa.

Sementara posterior cingulate adalah daerah otak yang sensitif dengan rasa sakit dan pengambilan memori episodik.

Sayangnya, belum diketahui secara pasti bagaimana dua daerah otak ini berperan dalam terjadinya depresi.

Apa saja ciri remaja mengalami depresi?

Ketika remaja mengalami depresi, ada kemungkinan ia akan memperlihatkan perubahan sikap dan perilaku. Terkadang, kondisi ini luput dari perhatian orangtua.

Maka dari itu, ada baiknya Anda memerhatikan ciri-ciri dan gejalanya yang dapat bervariasi.

Ciri-ciri depresi pada remaja dari sisi emosional:

Kehilangan motivasi dan semangat dalam melakukan aktivitas

Merasa sedih, frustasi, dan tidak punya harapan

Mudah tersinggung dan marah karena hal kecil

Rasa percaya diri yang rendah

Merasa tidak berguna dan gagal

Sulit berpikir, konsentrasi, dan sulit membuat keputusan

Berpikir untuk bunuh diri

Ciri-ciri depresi pada remaja dari sisi perubahan perilaku:

Mudah lelah dan kehilangan energi

Insomnia atau terlalu banyak tidur

Perubahan nafsu makan (penurunan atau peningkatan makan)

Merasa gelisah dan sulit berkonsentrasi

Menyendiri dan mengurung diri di kamar

Tidak memerhatikan penampilan

Cenderung melakukan hal-hal negatif

Prestasi di sekolah menurun

Keinginan untuk menyakiti diri sendiri

Depresi berbeda dengan sedih biasa

Perasaan sedih, kecewa, atau putus asa adalah hal yang wajar dialami dalam fase perkembangan remaja. Walaupun gejalanya mirip, bukan berarti seseorang pasti mengalami depresi.

Maka dari itu Anda perlu tahu terlebih dulu apa perbedaan antara sedih dan depresi.

Kesedihan biasanya berlangsung sementara atau dalam waktu yang tidak begitu lama lalu akan menghilang seiring berjalannya waktu.

Hanya dengan melakukan hal menyenangkan, kesedihan biasanya hilang dan seseorang akan kembali ceria.

Sementara itu, depresi adalah kondisi ketika kesedihan ini tak kunjung berakhir bahkan bertambah parah setiap harinya.

Depresi tidak akan hilang dengan sendirinya dan butuh penanganan medis untuk mengatasi gejalanya.

Anak yang depresi bahkan kehilangan minat untuk melakukan hal yang disukainya. Ia bisa saja mengurung diri di kamar berhari-hari hingga hitungan minggu.

Jika anak Anda mengalami hal ini, cobalah untuk mendekatinya pelan-pelan dan ajak mereka bicara.

Ajak anak untuk konsultasi ke pskiater dan jelaskan bahwa hanya pskiater yang bisa bantu mengatasi apa yang dirasakannya agar tidak berlarut-larut.

Hal yang bisa dilakukan orangtua saat anak depresi

Berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog adalah yang perlu dilakukan agar depresi bisa ditangani dengan baik.

Namun, peran orangtua juga tidak kalah penting karena merupakan suatu bentuk dukungan ketika depresi terjadi pada remaja.

Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua:

1. Komunikasi dengan anak

Ketika melihat anak memiliki tanda-tanda depresi, cobalah ajak berkomunikasi untuk mengetahui apa yang sedang dirasakan dan pikirkan.

Hal tersebut membuat anak Anda merasa tidak sendirian dalam mengalami masa-masa sulit.

2. Bantu anak melewati masa-masa sulit

Ketika mengalami depresi, ada kemungkinan ia akan mengalami beberapa gejala yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, Anda harus membantu melewati masa-masa sulit.

Salah satunya dengan membantu anak berperilaku hidup sehat seperti cukup tidur, berolahraga, dan mengonsumsi makanan yang bernutrisi.

3. Lakukan kegiatan yang menyenangkan

Saat anak sudah terlalu jenuh hingga mengalami depresi, habiskan waktu untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.

Misalnya, menonton film, bermain game, melakukan aktivitas yang belum pernah dilakukan, pergi liburan untuk mendapatkan suasana baru, dan lain-lain.

Cara ini diharapkan dapat membantu mengatasi suasana hati yang tertekan akibat depresi secara perlahan.

4. Bersabar dan pengertian

Saat depresi pada remaja menyerang, perilakunya berubah dan tidak menutup kemungkinan bisa membuat Anda ikut frustasi. Ingat kembali bahwa perubahan perilaku ini adalah efek dari depresi.

Coba untuk tetap sabar, pengertian dan hindari penggunaan kata-kata kasar agar hubungan Anda dan anak tetap terjaga dengan baik.

5. Ikuti pengobatan dan perawatan dengan teratur

Apabila Anda memutuskan untuk berkonsultasi dengan psikiater, simak perawatan yang diberikan.

Ini akan membantu Anda untuk mengetahui bagaimana menanggapi dan memberikan dukungan. Pastikan pula anak mengonsumsi obat yang sudah dianjurkan.

Cara mencegah depresi pada remaja

Depresi bisa dihindari apabila anak mempunyai support system sehingga ia tidak merasa sendirian dan mendapatkan dukungan.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah depresi pada remaja adalah sebagai berikut:

1. Jaga hubungan baik dengan temannya

Sesekali Anda bisa meminta anak mengundang teman-temannya ke rumah. Katakan bahwa Anda akan memasakkan makanan enak untuk teman-temannya.

Cara ini dilakukan untuk membina hubungan baik dengan teman-temannya dan membuat anak juga tetap terkoneksi secra positif pada teman-teman terdekatnya.

2. Biarkan anak tetap aktif

Kegiatan sekolah atau pekerjaan atau berolahraga dapat membuat anak fokus pada hal-hal positif – sehingga menghindari pada pikiran atau hal-hal yang negatif.

Untuk itu, dukung anak jika ia menginginkan ikut kegiatan positif apa pun di sekolahnya.

3. Rutin mengobrol dengan anak

Obrolan antara orangtua dan anak tidak melulu harus obrolan serius atau melulu soal sekolah. Anda bisa kok bertanya santai seperti “Kak, teman kamu yang kemarin datang ke rumah siapa sih? Hayo, kalian lagi dekat ya.”

Perbincangan santai dengan anak penting untuk menjalin kedekatan Anda dengannya.

Jika mungkin sekarang ini Anda yang memancingnya untuk bercerita, bisa jadi nanti anak yang akan bercerita duluan.

Hal ini mungkin terjadi ketika anak sudah merasa bahwa Anda adalah orang yang bisa diceritakan soal apa pun, termasuk soal masalah yang dihadapinya, termasuk krisis identitas..

4. Peka akan tanda atau peringatan

Sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk memelajari berbagai hal tentang perkembangan anak termasuk depresi pada remaja.

Hal ini untuk membantu Anda mengetahui tentang tanda atau gejala, pengobatan, dan perawatan anak yang mengalami depresi.

Setelah mengetahui tentang gejala depresi, Anda akan lebih mudah mengenali mana tanda depresi dan mana tanda sedih biasa.

Anda juga akan lebih peka terhadap apa yang ditunjukkan anak kepada Anda –baik perasaan dan perilakunya.
LINK ALTERNATIF : PLAYSAHABAT.ORG

Mengetahui tanda depresi lebih awal dapat mengurangi risiko terjadinya depresi yang lebih buruk karena Anda bisa segera membawanya berobat.

Posting Komentar

0 Komentar